Senin, 27 Februari 2012

Perjalanan mengajariku



Banyak pengalaman yang saya alami, saya bertemu dengan banyak orang yang lebih susah dari saya,  berusaha untuk menjajahkan jualannya, belum lagi pengamen yang memohon meminta sedikit uang receh. Dari sini saya  sadar bahwa hargailah apa yang kita punya

GS. Siapa sih yang tidak ingin berkeliling Indonesia bahkan menjelajah belahan dunia.  Hampir tiap orang menginginkannya. Masalah utama yang sering menjadi kendala bagi kita bukan karena kurangnya keinginan tapi biaya perjalanan yang tidak sepadan dengan penghasilan atau simpanan kita.  Dibalik semua itu keberanianlah yang menjadi modal utama untuk melakukan  sebuah perjalanan. Percuma memiliki banyak uang tapi tidak memiliki keberanian. Dengan modal uang yang sedikit ditambah dengan keberanian kita bisa menjelajah kebelahan dunia sekalipun dengan menjadi seorang backpackers.
Belajar dari pengalaman teman kita Nico Wiranata, seorang Mahasiswa Jurusan Sistem Komputer universitas sriwijaya. Bermodal uang kurang lebih Rp. 170.000,-  mampu membawanya berkeliling kota Jogyakarta. Bukan hanya itu  tetapi ia juga singgah di Bandar Lampung dan Jakarta. Mari kita simak perjalanan liburannya.
Saat liburan semester ganjil Nico pergi ke Jogjakarta bersama temannya. Untuk menghemat biaya perjalanan Nico pergi dengan cara estafet sehingga biayanya bisa lebih murah. Dari Palembang menuju Bandar Lampung mereka menggunakan kereta api ekonomi. Mereka menginap di losman yang harganya relatif murah karena mereka tiba di lampung pada malam hari. Perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan Bakauheni untuk naik kapal laut menuju pelabuhan Merak. Sesampainya di sana mereka menaiki bus yang menuju Jakarta.
 Satu hari mereka berkeliling di Jakarta dan menginap dirumah salah satu teman mereka. Mereka singgah di EpickWalk Hall, Fast Festival, Bakrie University dan Mangga Dua Square Mall. Nico yang lulusan SMA Methodist 4 ini  juga mengunjungi Monas salah satu tempat wajib yang harus dikunjungi dan itu gratis loh. Besoknya mereka langsung menuju Jogjakarta menggunakan kereta api, harganya lebih murah dibandingkan dengan naik travel. Sampai di tujuan utama, mereka menemukan hotel Puri yang harganya murah dan fasilitasnya bagus untuk 4 malam.  Mereka langsung pergi belanja ke Marioboro, disana harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tempat lainnya. Jadi kalau mau bawa pulang oleh-oleh ke Marioboro saja.
Hari kedua full mereka habiskan ke salah satu tempat bersejarah yaitu Candi Prambanan. Candi prambanan itu tempatnya bersih dan fasilitasnya lengkap. asik buat kita jalan-jalan dan menikmati keelokan candi. hari ketiga mereka tidak hanya singgah disatu tempat. dengan menyewa mobil mereka pergi menuju candi terbesar di indonesia candi borobudur, uniknya semua orang yang berkunjung wajib menggunakan batik yang dipinjami oleh petugas. perjalanan dilanjutkan ke Pantai Parang Tritis, mereka sempat berenang dan menikmati suasana pantai yang indah. Menjelang sore hari Nico dan temannya pindah ke Pantai Depok untuk menikmati sunset yang indah ditengah pantai. Mereka makan malam di Pantai Depok dengan hidangan penuh seafood  yang murah meriah. Hari terakhir mereka habiskan dengan jalan-jalan mengelilingi Jogja. Hari kelima mereka pulang ke Palembang dengan menggunakan Bis, dikarenakan sudah sangat lelah dan tidak memungkinkan untuk estafet seperti waktu pergi.
Dari semua perjalanan yang diakui cowok penyuka basket ini saat paling menantang dan terkesan adalah ketika berada dikereta api ekonomi jurusan Bandar Lampung. Bukan hanya dipenuhi oleh para penumpang, tetapi para pedagang yang hilir-mudik menjajakan jualanannya dari satu gerbong ke gerbong satunya. Dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, hingga anak-anak tak henti-hentinya meneriakkan barang dagangannya. Belum lagi pengamen yang terus datang silih berganti bukan hanya satu mungkin lebih dari 10 orang. Niko tersadar bahwa kehidupan yang ia punya jauh lebih baik dibandingkan mereka. “Banyak pengalaman yang saya alami, saya bertemu dengan banyak orang yang lebih susah dari saya berusaha untuk menjajahkan jualannya, belum lagi pengamen yang memohon meninta sedikit uang receh dari sini saya sadar bahwa hargailah apa yang kita punya “. Ujar Nico. Saat mereka berusaha keras untuk mendapatkan uang demi sesuap nasi kadang kita tidak mensyukuri apa yang ada pada diri kita. Saat kita mengeluh tentang kehidupan yang kita rasa sulit, tapi mungkin berkali lipat kesulitan yang mereka hadapi. Kita harus selalu mengahargai apa yang kita punya.
Yang berarti dalam liburan kali ini bagi mahasiswa kelahiran 1992 ini bukan hanya jalan-jalan mengelilingi Jakarta atau Jogyakarta tetapi proses perjalanan menuju tujuan utama disitulah tantangan besar yang mereka hadapi.  Nah itulah cerita berharga dari seorang Nico Wiranata, jika kita yakin maka kita bisa. Jadi jangan pernah takut dan ragu untuk mencoba berkeliling Indonesia. Mulailah dengan negerimu sendiri dan baru melangkah ke belahan dunia lainnya. (Ipeh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda