Sabtu, 28 Januari 2012

“Menulis bukanlah pilihan, melainkan kefarduan”

Oleh : Harun Alrasyid (FKM UNSRI)

             Anda bisa menebak pekerjaan apa yang paling banyak memiliki waktu luangnya di dunia? saya rasa jawabnnya mahasiswa. Sepakat atau tidak, itu adalah sebuah interpretasi pribadi. Berbicara mengenai mahasiswa dan korelasinya dengan waktu luang, pasti banyak yang bertanya apa mungkin mahasiswa memiliki intensitas waktu luang yang banyak, sedangkan pandangan masyarakat mahasiswa adalah manusia yang super sibuk. Hampir semua masyarakat setuju bahwa “gelar mahasiswa” adalah gelar yang “mewah”. Mahasiswa sering dianggap sebagi kaum intelektual, terpelajar, cendikiawan, angkatan berbasis teknologi dan informasi, bahkan ada fenomena di masyarakat yang menggambarkan bahwa jika tidak kuliah atau menjadi mahasiswa tidak memiliki masa depan yang cerah.
            Pada kalimat pertama dikatakan bahwa manusia memiliki waktu luang terbanyak di dunia, tentunya ini adalah sebuah persepsi pribadi. Namun opini tersebut memiliki landasan kalkulasi tersendiri dan dibangun atas konstruksi formula yang sederhana. Kita sepakat bahwa maksimal sks (sistem kredit semester) yang dapat diambil mahasiswa dalam satu semester regular (6 bulan) adalah 24 sks. Satu sks umumnya kita hargai dengan 45 menit waktu belajar atau dua pertiga jam. Sehingga dalam satu minggu kita akan menempuh 24 sks atau 18 jam belajar efektif, baik itu teori maupun praktik. Bayangkan saja, dari waktu normal satu minggu adalah 168 jam, mahasiswa hanya menghabiskan waktu efektif belajarnya kurang dari 15 % waktu normal. Dimanakah 85 % nya ???
            Tanpa kita sadari, ini menjadi sebuah peluang menarik, tentunya bagi mahasiswa yang menyadari “esensi” dari eksistensinya sebagai mahasiswa. Proses belajar di perguruan tinggi pada dasarnya hanya memberikan dasar pengetahuan (hardskill) saja. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut diperlukan kecakapan lain yang disebut dengan softskill. Kemampuan berorganisasi, kemampuan memanajemen waktu, bersosialisasi, menulis, berkarya dan sebagainya tidak didapatkan di bangku kuliah dengan mendengar ceramah dosen saja.
            Kegiatan menulis merupakan salah satu cara mahasiswa untuk menghabiskan proporsi waktu luang yang dimilikinya. Menulis adalah kegiatan menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan. Ketika kita menggoreskan tinta pada kertas dan merangkainya menjadi sebuah kata atau kalimat, itu adalah menulis. Ketika kita mengerjakan tugas , makalah dan proposal, itu juga menulis. Bahkan ketika kita menuliskan sesuatu di buku atau kertas dan itu memiliki makna, maka itu adalah bagian dari proses menulis. Pada dasarnya setiap orang telah memiliki ketrampilan menulis.
            Menulis adalah bagian dari kemampuan linguistik seseorang. Banyak orang berpendapat bahwa kemampuan menulis adalah sebuah bakat, namun hal itu tidaklah benar karena kemampuan seseorang dalam menulis itu lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. Seseorang yang membiasakan dirinya menulis, akan terbiasa menulis dua halaman atau lebih. Namun jika dibandingkan dengan seseorang yang jarang menulis, untuk membuat satu paragraf saja ia akan membutuhkan waktu yang lama.
            Sebagai seorang mahasiswa, maka wajib hukumnya bisa menulis dengan baik dan benar. Karena kemampuan menulislah yang dijadikan sebagai indikator tuntutan bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi. Artinya, mahasiswa harus mampu menulis makalah, karya ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi sesuai dengan tingkatan pendidikan yang dijalaninya. Selain itu di kalangan perguruan tinggi ada pameo yang diyakini kebenarannya, yaitu all scientist are the same, until one of them writes a book (semua ilmuwan adalah sama, sampai satu di antara mereka menulis buku).
            Dalam menulis kita harus memiliki orientasi tujuan yang jelas, struktur penulisan yang sistematis dan menggunakan bahasa yang lugas serta mudah dimengerti. Orientasi tujuan yang jelas maksudnya, dalam menulis kita harus menentukan goal yang ingin dicapai dan konteks publikasi apa yang akan kita gunakan. Setidaknya ada dua macam orientasi penulisan. Pertama, kita menulis dengan orientasi pada hal-hal yang biasa dilakukan seperti membuat tugas, menulis surat, mengetik sms, update status facebook dan berbagai jejaring sosial lainnya, dan lain-lain. Kemudian, orientasi yang kedua adalah mereka yang menulis dengan mengacu pada kriteria kualifikasi tulisan tertentu agar mampu dimuat dan dimengerti banyak orang seperti, menulis berita, menulis di blog atau membuat karya ilmiah.
            Selain itu kita harus memperhatikan sistematis penulisan. Ini dilakukan agar tulisan yang dihasilkan memiliki kejelasan alur sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Selanjutnya penggunaan bahasa harus jelas dan lugas. Baik dalam tulisan karya ilmiah, makalah, berita dan bentuk tulisan lainnya, harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan menghindari bahasa yang tidak dimengerti oleh semua pihak seperti bahasa daerah.
            Tulisan juga menggambarkan produktivitas dan kreativitas mahasiswa dalam berkarya. Mahasiswa dikatakan cerdas secara komprehensif bila ia memiliki karya-karya yang luar biasa, baik itu karya ilmiah maupun bentuk tulisan lainnya. Dengan tulisan mahasiswa mampu mengkomunikasikan apa yang ingin ia sampaikan tanpa harus rusuh demonstrasi. Dengan menulis, mahasiswa mampu menyebarkan ide dan pemikirannya, melontarkan gagasannya, menyampaikan kritikan kepada penguasa atau hanya sekedar memberi tanggapan dan opini. Dengan demikian, jelaslah bahwa mahasiswa dapat menggunakan banyak waktunya untuk menulis, berkarya dan bersapirasi agar ide-ide cemerlang yang bersarang di pikirannya mampu didengar oleh banyak orang. Bagi mahasiswa, menulis bukanlah pilihan melainkan kefarduan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda